Sabtu, 21 Juli 2012

Sore angin ribut, mental mengkerut

“Terinspirasi dari seorang wanita lulusan kebidanan di awal tahun kelulusannya”

Entah bagaimana awal cerita ini di mulai “namun” yang jelas semua diawali dengan teknologi yang berkembang pesat di dunia moderen ini  yaitu Hand phone, walu tanpa melihat dan tanpa bertemu namun kita mampu mendengar suara seseorang yang kita kehendaki sampai 24 jam penuh dalam seharinya asalkan kuat pulsa dan tentunya inilah yang menjadi salah satu indikator naiknya listrik di tiap KWH rumah tangga dan kosan (alay.com).

Dimana tanpa awal dan akhir, dan tanpa meminta izin beliau membacakan sebuah pusi dengan nada yang cepat dan lantang serta dengan penekanan nada yang kurang begitu pas namun mengandung makna dan arti sindiran terhadap seorang Ikhwan yang dalam kondisinya masih labil (lebih alay.com).

Puisi yang judulnya gajelas dan pembuatnya ga di ketahui itu memberikan penekanan bahwa seorang laki-laki mesti berani dan memiliki pendirian terhadap apa yang telah dan akan dilakukannya, serta tak lari dari kesalah yang di perbuatnya, bertanggung jawab atas kata-kata yang keluar dari mulutnya, “Namuuuuuun!”.

Cinta bukanlah hal yang lumrah dan murah untuk di katakan, karena cinta adalah anugrah tuhan yang  penuh dengan keindahan, tapi Bagi orang yang tidak bisa memaknai cinta yang sebenarnya maka yang terjadi adalah penghianatan (bisa di baca di NOTES sebelumnya dengan judul “OCTOBER SKY”), mencintai memang mudah yang susah adalah di cintai oleh orang yang kita cintai.

          Tentunya butuh waktu dan persiapan yang matang untuk mengungkapkan suatu perasaan yang nantinya menjalin suatu ikatan dua insan manusia dari segala kekurangan dan kelebihannya, karena kompatibilitas cinta tidak dapat di ukur dari seberapa lama hubungan itu, dan seberapa intens frekuensi bertemu dan bersama, tapi apakah selama bersam kita mampu mengisi satu sama lain dan membuat hidup lebih berkualitas.

Kesedihan dan kerinduan akan terasa selama yang kita inginkan dan menyayat sedalam yang kita izinkan, maka dari itu butuh suatu keyakinan akan suatu perasaan bukan berarti “ikhwan yang bermental tempe”.
“Suatu hari nanti, seorang ikhwan akan menjawab dengan jelas & lantang semua pertanyaan yang berikan oleh kedua orang tuamu”

                                           (meidilaga lagi alay banget.com) 12 nov 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar